Arsip

Posts Tagged ‘Umbi umbian’

Umbi sebagai pangan alternatip

Juni 27, 2010 1 komentar

Copy paste dari : Http://green.kompasiana/2010/06/27/mari-mengenal-jenis-umbi-umbian-sebagai-sumber-bahan-pangan-alternatif-di-pulau-jawa/

Selama ini, sebagian besar masyarakat kita hanya mengenal beras sebagai sumber makanan pokok. Biasalah orang Indonesia selalu bilang kalau belum makan nasi ya namanya belum makan. Padahal sumber karbohidrat kan bukan hanya dari beras, dan sebenarnya Indonesia kaya sekali dengan beragam jenis umbi-umbian. Namun sayangnya baru dikenal dan dimanfaatkan oleh sebagian kecil masyarakat terutama di pedesaan saja. Keterbatasan informasi mengenai jenis dan kegunaannya bisa jadi merupakan salah satu penyebab minimnya pemanfaatan umbi-umbian terutama dari jenis minor selain kentang, singkong, talas dan ubi jalar.

Di sini saya mau sedikit menuliskan beberapa jenis umbi-umbian yang potensial sebagai sumber bahan makanan alternatif. Ini merupakan hasil perjalanan mengenai survey umbi-umbian di Pulau Jawa, sudah lama sih, sekitar November 2008, tapi mudah-mudahan bermanfaat dan informatif. Lokasi yang saya datangi yaitu Jawa Barat (Sumedang, Garut, Bandung dan sekitaranya), Daerah Istimewa Yogyakarta (Tumanggung, Wonosari, Bantul, Kebumen, Purworejo) dan Jawa Timur (Kendalpaya, Turen, Poncokusumo, Gunung Kawi, Batu, Malang dan sekitarnya) dimana masyarakat lokalnya masih tergantung atau mengenal dan memanfaatkan jenis-jenis umbi-umbian sebagai bahan pangan. Metode survey yang dilakukan dengan wawancara kepada keluarga/masyarakat pengguna atau yang mengenal tetumbuhan umbi-umbian tersebut, serta pengamatan lapangan untuk mengetahui habitat dan populasi serta produk-produk olahan dari jenis-jenis tersebut.

1.    Ubi jalar (Ipomoea batatas L.)

Telo Gunung Kawi (Dokumen pribadi Aryani)Telo Gunung Kawi (Dokumen pribadi Aryani)

Dari berbagai jenis umbi-umbian yang ditemukan dalam perjalanan ini tampaknya ubi jalar merupakan jenis yang paling umum dibudidayakan dan diolah menjadi berbagai macam produk olahan. Beberapa daerah pembudidayaan dan pengolahan yang cukup besar, antara lain di Kabupaten Malang. Salah satu kultivar ubi jalar yang mengandung antosianin yang tinggi yaitu ubi jalar ungu diolah menjadi es krim, campuran selai buah, berbagai macam kue kering, kripik, tepung, kubus instan untuk bahan kolak dan sawut ubi jalar.

2.    Singkong (Manihot esculenta Crantz)

singkong (dokumen pribadi Aryani)singkong (dokumen pribadi Aryani)

Di Indonesia singkong, atau ubi kayu, bodin, sampeu mempunyai arti ekonomi penting dibandingkan dengan umbi-umbi lainnya. Jenis ini kaya akan karbohidrat dan merupakan makanan pokok di daerah tandus di Indonesia. Selain umbinya, daunnya mengandung banyak protein yang dipergunakan berbagai macam sayur, dan daun yang telah dikayukan digunakan sebagai pakan ternak. Batangnya digunakan sebagai kayu bakar dan seringkali dijadikan pagar hidup. Produk olahan dari bahan singkong dapat ditemukan di beberapa tempat berikut ini : Malang, Kebumen, DI Yogyakarta, Kebumen, Temanggung. Berbagai macam produknya antara lain: mie, krupuk, tiwul instan, kue lapis, bidaran, stick, pluntiran, tiwul, gatot, tepung tapioka dan lain-lain.

3.    Suweg (Amorphophallus paeoniifolius (Dennstedt) Nicolson)

Tanaman suweg (Dokumen pribadi Aryani)Tanaman suweg (Dokumen pribadi Aryani)

Suweg merupakan salah satu jenis Araceae yang berbatang semu, memiliki satu daun tunggal yang terpecah-pecah. Jenis ini jarang dibudidayakan, umumnya tumbuh di hutan-hutan jati atau kebun yang tidak dipelihara. Seperti halnya talas, suweg juga mengandung kristal kalsium oksalat yang membuat rasa gatal. Senyawa ini dapat dihilangkan dengan cara perlakuan dan perebusan. Umbinya dapat dipanen 8 – 10 bulan. Beberapa daerah pengamatan dan cara pengolahannya yang dikunjungi antara lain Wonosaridan Malang.

4.    Garut (Maranta arundinacea L.)
Tanaman garut menyukai tumbuh pada tanah yang lembab dan di bawah naungan. Di Jawa Barat, garut dikenal dengan sebutan sagu atau irut. Umbinya banyak mengandung tepung pati yang sangat halus yang mudah dicerna. Beberapa daerah penanaman dan produksi tepung garut yang dikunjungi antara lain di Malang, Yogyakarta dan Garut. Umbi tanaman ini dapat diolah menjadi tepung garut, kue semprit dan emping garut.

Umbi garut (dokumen pribadi Aryani)Umbi garut (dokumen pribadi Aryani)

5.    Ganyong (Canna indica L.)
Seperti halnya dengan tanaman garut, ganyong umumnya tumbuh berumpun di bawah naungan antara lain: jati, bambu, pisang, biasanya ditanam secara tumpang sari namun belum secara intesif. Umumnya, hasilnya untuk konsumsi keluarga saja. Dikenal 2 macam ganyong yaitu ganyong berdaun merah dan berdaun putih, meskipun umbinya berwarna putih dan mempunyai rasa yang sama. Di Jawa Barat ganyong dikenal dengan nama ganyol.

Tanaman ganyong (Dokumen pribadi Aryani)Tanaman ganyong (Dokumen pribadi Aryani)

6. Gadung (Dioscorea hispida Dennst.)

Umbi gadung (dokumen pribadi Aryani)Umbi gadung (dokumen pribadi Aryani)

Jenis ini dicirikan dari daunnya yang terdiri dari 3 helai daun dan batangnya yang berbulu dan berduri tersebar sepanjang batang dan tangkai daun. Umbinya berwarna coklat muda, diliputi rambut-rambut akar yang besar dan kaku.  Umbi gadung tidak dapat dikonsumi secara langsung karena beracun sehingga harus diberi perlakuan tertentu sebelum diolah. Produk hasil olahan biasanya berupa kripik gadung. Dari pengamatan di pasar tradisional di beberapa daerah diketahui produk kripik gadung baik mentah maupun matang telah jarang dijumpai, tampaknya telah didominasi oleh kripik kentang.

7. Uwi (Dioscorea spp.)
Ada beberapa varietas dari uwi dan penamaannya di tiap daerah juga berbeda-beda. Di daerah Wonosari (Yogyakarta) dan desa Poncokusumo (Malang-Jawa Timur), terdapat varietas uwi putih dan uwi ungu (“gadung” dalam bahasa JawaTimur). Di Kutowinangun (Jawa Tengah), dikenal yang namanya uwi bangkulit (kulit luarnya berwarna merah “abang” dalam bahasa Jawa Tengah), sedangkan di daerah Garut dikenal varietas huwi manis/kalapa (karena rasanya manis seperti kelapa) dan huwi  hideung (karena warna hitam. “”hideung” hitam dalama bahasa Sunda). Umbi uwi ini biasanya dipanen sekitar umur 6-8 bulan. Pemanfaatan uwi sebagai sumber bahan pangan biasanya hanya sebatas dikonsumsi sebagai pengganti nasi dengan cara dikukus, atau  di kecamatan Leles, Kabupaten Garut, uwi biasanya digunakan untuk acara sawaka (7 bulanan masa kehamilan).

Uwi bangkulit (Dokumen pribadi Aryani)Uwi bangkulit (Dokumen pribadi Aryani)

8. Gembili (Dioscorea esculenta (Lour.) Burkill)

Gembili (Dokumen pribadi Aryani)Gembili (Dokumen pribadi Aryani)

Jenis ini merupakan salah satu yang dibudidayakan dan jarang ditemukan tumbuh liar. Umumnya ditanam secara terbatas di pekarangan rumah. Umbinya berwarna putih sampai putih kekuningan dan pemanfaataannya sebatas dikonsumsi dengan cara dikukus sebagai pengganti makanan pokok. Umbi gembili banyak dijual di pasar-pasar tradisional di Jawa Tengah  (a.l.  Kebumen, Kutowinangun, Wonosari) dan Jawa Timur (Malang).

9. Kentang hitam (Coleus tuberosum Benth. Atau Plectranthus rotundifolius (Poiret) Sprengel)
Kentang hitam/ireng seringkali disebut juga sebagai kentang kleci (karena bentuk umbinya kecil, bulat seperti bentuk kleci atau kelereng). Disebut sebagai kentang ireng karena kulit luarnya berwarna hitam (“ireng” dalam bahasa Jawa). Biasanya dipanen pada musim panas. Hasil informasi diketahui bahwa tanaman ini terdapat di daerah Jawa Tengah (seperti Kebumen, Kutowinangun, Temanggung) dan Jawa Barat (daerah Sumedang); tampaknya populasinya sudah agak jarang. Umbi kentang ireng biasanya  dikonsumsi sebagai sumber karbohidrat dengan cara dikukus, atau untuk campuran sayur dan sambal goreng.

10. Talas (Colocasia sp.)

Tanaman talas (Dokumen pribadi Aryani)Tanaman talas (Dokumen pribadi Aryani)

Salah satu jenis umbi-umbian yang cukup banyak digemari orang adalah talas. Talas sembir atau semir banyak dijumpai dan dibudidayakan di desa Sembir, Kabupaten Sumedang. Batang dan daunnya dapat disayur. Selain talas sembir, penduduk setempat membudidayakan pula talas gadong dengan ciri-ciri berbatang ungu dan mempunyai anakan banyak, namun batangnya tidak bisa disayur. Menurut masyarakat setempat, rasa talas semir lebih enak dan daging umbinya lebih pulen dari talas bogor (Colocasia esculenta (L.) Schotz).

11. Mbote (Xanthosoma sp.)

Di beberapa daerah di Jawa Timur, talas kadangkala disebut mbote. Seperti halnya kimpul, mbote yang diambil anakan umbinya. Kulit luar umbi mbote berambut dan umbinya beruas-ruas. Di pasar tradisional Malang juga banyak dijual umbi mbote, biasanya dikonsumsi dengan cara dikukus. Di Kecamataan Turen, Malang, mbote ini sudah diolah menjadi kripik mbote dengan berbagai macam rasa, renyah dan enaknya tidak kalah dengan talas, bahkan ada rasa khas mbote.

Mbote (Dokumen pribadi Aryani)Mbote (Dokumen pribadi Aryani)

12. Kimpul (Xanthosoma nigrum (Vell.) Mansfeld)
Kimpul seringkali dicampuradukkan dengan talas.  Jika talas yang diambil umbi induknya, maka kimpul yang diambil umbi anakannya. Kulit luar umbi kimpul halus dan tidak beruas-ruas. Pemanfaatan kimpul ini sebagai sumber bahan pangan dengan cara dikukus. Banyak dijumpai di pasar-pasar tradisional di daerah Malang dan Temanggung.

kimpul indro (Dokumen pribadi Aryani)kimpul indro (Dokumen pribadi Aryani)

Mungkin informasi yang saya sajikan di atas hanya sekilas saja, karena kalau ditulis mendetail terlalu banyak. Kalau teman-teman ada yang mau menambahkan silahkan saja. Yang penting di sini saya ingin memberikan informasi keanekaragaman umbi-umbian sebagai bahan pangan tradisional di Pulau Jawa. Mudah-mudahan kita tidak hanya tergantung dari beras saja sebagai sumber karbohidrat pokok. Ayo mulai sekarang mulailah mengenal dan memanfaatkan jenis-jenis bahan pangan tradisional,  tidak perlu malu dan gengsi, siapa tahu bisa mengurangi impor beras dan mengurangi krisis pangan yang terjadi di Indonesia.

Semoga bermanfaat dan selamat mencoba .